Kereta Api: Masa Lalu, Kini, dan Nanti

Diantara semua moda transportasi yang pernah saya cicipi, kereta api menjadi favorit saya. Yes, I am a proud Railfans! Semenjak saya lahir dua puluh enam tahun yang lalu, saya sudah sangat akrab dengan kereta. Maklum, orang perantauan meskipun sebetulnya masih sama-sama di pulau Jawa. Ibu saya orang Kebumen yang ikut Bapak kerja di Bandung. Saya dan adik saya lahir dan besar di Bandung. Paling tidak setiap satu atau dua tahun sekali, kami berkunjung mengunjungi mbah di desa menggunakan transportasi kereta api.

Fast forward dua puluh tahun mendatang, ternyata saya diterima di salah satu kampus di kota pahlawan, Surabaya. Waktu saya masih TK, saya sering bernyanyi lagu “Naik Kereta Api” tapi belum pernah sekalipun benar-benar merasakan “ke Bandung – Surabaya” seperti yang sering dinyanyikan dulu. Ketika saya kuliah, akhirnya kesampaian juga naik kereta ekonomi Pasundan yang dulu jadwal berangkat dari Stasiun Kiaracondong pukul 05.30 pagi dan tiba di Stasiun Surabaya Gubeng sekitar pukul 11.00 malam. Yup, almost 18 hours on train!

Saat ini, sudah tiga tahun pula saya merantau. Setelah lulus kuliah, alhamdulillah saya diterima bekerja di Jakarta. Kereta ternyata masih menjadi sahabat tercinta. Di tengah-tengah kondisi kota metropolitan dengan segala kemacetan dan pembangunan infrastruktur disana-sini, KRL menjadi saksi perjuangan saya meraih rezeki di ibukota. Tak hanya itu, meskipun jarak Bandung – Jakarta sebetulnya cukup dekat dan dapat ditempuh dengan bus kota atau travel, saya lebih cinta naik Argo Parahyangan. Rasanya tak ada yang bisa mengalahkan pemandangan dari atas jembatan Cimacan dan Cisomang apalagi jika kita berada di perjalanan pagi atau sore hari. Jika kita mencoba melihat dari balik jendela, rasanya seperti terbang jarak rendah. Bikin deg-degan, tapi pemandangannya worth it!

IMG_20170704_163940
Pemandangan di atas jembatan Cimacan dari KA Argo Parahyangan

Kereta api menyimpan banyak sekali kisah bagi saya. Di kereta api lah saya bisa merasakan budaya masyarakat Indonesia yang sesungguhnya. Kereta api membawa saya melepas penat untuk sejenak merenung dan berpikir bebas sembari menikmati perjalanan malam. Sepanjang usia saya, selama itulah saya bersama kereta api.

Saya merasakan betul bagaimana PT. KAI bertransformasi. Dari yang awalnya saya dan Bapak harus mengantre berjam-jam bahkan kadang rebutan untuk medapatkan tiket mudik, hingga booking online yang membuat Bapak saya sebagai generasi baby boomers tercengang saking canggihnya. Sampai sekarang saya selalu terngiang ekspresi lucu Bapak saya ketika mengantar saya check in dari Stasiun Bandung menuju Jakarta, sembari bertanya, “Itu kamu masukin kode gitu aja pasti dapet tempat duduk? Kamu udah bayar?”. Maklum lah, terakhir kali Bapak saya naik kereta Bandung – Kebumen, tulisan di tiketnya masih tertera “TANPA_TMP_DUDUK”.

ciwi ciwiiii
Perjalanan dari Bogor – Sukabumi dengan KA. Siliwangi

Tak hanya tempat duduk. Saat ini stasiun menjadi lebih rapi. Bahkan, ada live-music yang disajikan setiap hari untuk menemani para penglaju sambil menunggu kereta. Berbeda dengan kondisi stasiun sepuluh tahun silam dimana tidak ada batasan bagi penjemput/pengantar dengan calon penumpang. Saya ingat sekali saya dan adik saya pernah hampir ketinggalan kereta dari Kutoarjo gara-gara saat itu penuh sesak untuk sekedar mencari kereta dan naik ke gerbong. Belum lagi harus berdesak-desakan naik ke kereta sembari membawa bawaan yang tidak sedikit. Sudah selamat naik kereta, eh malah tidak dapat tempat duduk. Terpaksa kami harus keliling gerbong untuk meminta sedikit space kepada penumpang yang sudah duduk.

Melihat transformasi PT. KAI saat ini, saya cukup bangga dengan perubahan-perubahan positif yang senantiasa dilakukan baik dari segi pelayanan, fasilitas, kapabilitas SDM, dan infrastruktur. Stasiun-stasiun KRL semakin rapi dan modern, WC umum di tiap stasiun sudah lebih bersih dan nyaman, serta cabin crew yang sangat helpful seperti layaknya pramugari dan pramugara pada maskapai penerbangan.

Walaupun demikian, di era disruption ini, nampaknya perubahan bukan lagi kewajiban, melainkan adalah sebuah keniscayaan khususnya menghadapi ‘lawan-lawan tak kelihatan’. Meskipun saat ini kereta api masih menjadi moda transportasi utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, bukan berarti ke depan PT. KAI tidak akan memiliki pesaing. Seperti yang dilansir oleh Tech in Asia, Elon Musk sang inventor telah menggagas alternatif transportasi baru bernama Hyperloop Transportation Technologies (HTT) yang kabarnya sudah memasuki tahapan studi kelayakan di Indonesia. Teknologi ini mengklaim mampu membawa penumpang dari Jakarta ke Surabaya hanya dalam waktu 2 jam saja!

Karena itulah saya rasa PT. KAI harus terus berinovasi dalam melahirkan hal-hal yang baru dan menarik bagi para railfans maupun masyarakat secara umum meskipun saat ini ‘ancaman’ tersebut belum terlihat nyata. Begitulah jaman ini cepat berubah. Perusahaan sekelas Kodak dan Nokia yang sepuluh tahun lalu masih berjaya saat ini sudah tinggal nama.

Sebagai railfans, saya sangat excited setiap ada inovasi baru dari PT. KAI. Desain interior kereta yang baru, promo-promo menariknya dan perbaikan infrastruktur stasiunnya. Namun, saya berharap ke depan ada perubahan-perubahan menarik yang layak dicoba untuk mendapatkan pengalaman berkereta api yang lebih menyenangkan lagi. Berikut ini beberapa harapan saya:

1. In-Train Wi-Fi (internal Wi-Fi di dalam gerbong kereta api)

Sinyal adalah hal utama yang sampai saat ini masih menjadi masalah bagi para penumpang saat bepergian dengan kereta api, khususnya saat kereta sedang melewati daerah-daerah pedalaman. Hal ini menjadi kendala khususnya bagi kaum professional yang masih harus menyelesaikan tugas kantor mereka di tengah perjalanan dan melakukan koordinasi dengan sesama rekan kerja di kantor.

Ketika saya harus menghadiri wisuda keluarga saya di Surabaya, saya membawa laptop saya sepanjang perjalanan karena saya harus mengirimkan sejumlah email ke kantor dan berkoordinasi untuk mempersiapkan acara besar. Saat itu saya menggunakan kereta Argo Bromo Anggrek yang berangkat pukul 08.00 pagi dari Stasiun Pasar Turi karena saya kehabisan tiket untuk berangkat di malam hari. Alhasil, saya harus menggunakan jam kerja produktif saya di kereta. Alangkah nikmatnya jika ada akses internet di dalam kereta api sehingga saya mudah untuk berkomunikasi dengan rekan kerja di kantor.

Tak hanya itu, layaknya inflight wi-fi yang terdapat di dalam pesawat, in-train wi-fi juga dapat berfungsi untuk menikmati layanan entertainment yang dimiliki oleh PT. KAI. Saya membayangkan bahwa kelak penumpang bisa mengakses hiburan gratis seperti film, video music, buku digital, hingga games melalui sebuah aplikasi maupun web via ponsel penumpang dengan menggunakan kode booking masing-masing penumpang. Dan semuanya gratis!

2. Aplikasi KAI Access All-In

Meskipun saat ini sudah tidak ada penjual makanan maupun oleh-oleh yang masuk ke kereta, namun terkadang saya merindukan sosok mereka karena mereka mengingatkan saya untuk membeli makanan khas daerah yang saya lewati untuk keluarga dan teman-teman. Sejak pedagang tidak boleh lagi masuk stasiun, saya tidak pernah lagi membawa brem Madiun, bakpia Jogja, maupun lanting Kebumen ketika saya pulang ke Jakarta/Bandung dari Surabaya maupun sebaliknya. Meskipun pihak restorasi kereta api sebetulnya menjual makanan dan oleh-oleh tersebut, saya terlalu malas untuk pergi ke restorasi dan memesan disana. Pihak pramugari kereta pun tidak setiap jam keliling gerbong, sehingga terkadang kalau saya lapar, saya lebih memilih untuk menahannya ketimbang jalan ke bagian restorasi. Ya begitulah, saya termasuk ke dalam 80% masyarakat Indonesia masa kini yang inginya serba praktis.

Andaikan saja ke depan nanti aplikasi KAI Access tidak hanya menjadi alat untuk memastikan perjalanan kita atau check-in saja, tetapi juga tersedia fitur untuk memesan makanan dan oleh-oleh! Bisa juga digunakan ketika kita ingin membeli obat (misalnya: tiba-tiba perut mules atau masuk angin tetapi lupa membawa obat, atau badan kedinginan sehingga perlu menyewa selimut), maka kita tidak perlu capek-capek berjalan ke restorasi. Kita tinggal pesan lewat aplikasi seperti pesan makanan via GO-FOOD atau GO-MART ala aplikasi Gojek.

3. Kereta Wisata bagi Sejuta Umat

Ide ini sebetulnya bukan datang dari saya. Beberapa bulan yang lalu, saya berkesempatan memfasilitasi sekelompok peserta training dari PT. KAI di Rumah Perubahan Rhenald Kasali. Pada salah satu sesi, ketua kelompok yang saya fasilitasi (beliau saat itu menjadi Kepala Stasiun Besar Yogyakarta) mempresentasikan ide untuk memanfaatkan fasilitas gerbong-gerbong PT. KAI yang berstatus idle untuk digunakan sebagai kereta wisata yang dapat dirasakan oleh masyarakat luas.

Menurut saya ide ini cukup brilian! Semua tipe kereta sudah saya coba kecuali kereta wisata karena harganya tidak terjangkau di kantong saya. Memang idealnya kereta ini untuk rombongan, seperti halnya rombongan keluarga selebriti maupun pemerintahan. Namun alangkah luar biasanya jika fasilitas ini pun dapat dinikmati oleh masyarakat luas dan dapat dilakukan booking semudah booking online saat ini. Perjalanan mudik keluarga besar dapat dilalui bersama-sama dengan gerbong wisata. Bahkan perusahaan yang akan melakukan studi banding, pelatihan, maupun segala perjalanan bisnis ke luar kota tetap bisa bonding dengan sesama rekan kerja di dalam gerbong wisata yang lebih ‘mempersatukan’ ketimbang gerbong-gerbong biasa. Proses diskusi dan rapat pun tetap dapat dilakukan dengan mudah di dalam kereta. Seperti halnya yang dilakukan Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati bersama jajaran staffnya.

https://www.instagram.com/p/BY-Lh2BgOjS/

Jika saya harus memaparkan kecintaan saya terhadap kereta-api rasanya tak cukup sampai disini. Sudah tujuh puluh dua tahun PT. KAI berkarya dan menghubungkan jutaan umat manusia di Indonesia untuk bertemu dengan sanak-saudara, merantau ke berbagai kota, dan menyambung rindu saya pada pasangan tercinta. Maklum, saya LDR (Long Distance Relationship) survivor. Meskipun tiket pesawat sudah lebih terjangkau, buat saya, kereta api masih tetap juaranya.

Selamat ulang tahun ke-72 PT. Kereta Api Indonesia! Semoga senantiasa berinovasi dan terus lekat di hati.***

Feature image: Google.

Comments (4)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *