Guruinovatif.id Sebagai Solusi Peningkatan Kualitas Guru Indonesia

Suatu malam sekitar pukul 23.00 saat waktunya saya hendak tidur, ponsel saya berdering selama lima detik. Telepon masuk di jam ini memang sangat tidak biasa. Saya mulai berdebar saat melihat panggilan tak terjawab tadi datang dari ibu saya. Ada apa gerangan ibu menelepon via whatsapp di jam segini?

Langsung saja saya mencoba melakukan panggilan balik ke ibu saya. Satu menit nada tunggu berbunyi, tak ada tanda panggilan saya terjawab. Saya coba telepon kembali, tidak diangkat juga. Saya mulai was-was. Suami saya bilang, “coba kamu telpon Bapak atau Oca di rumah.” Ah, benar juga. Mungkin handphone-nya bermasalah. Meskipun sudah bisa install whatsapp, HP ibu saya memang tidak kalah jadul dari kepunyaan si lambe-lambe di internet itu.

Belum sempat saya menelepon Bapak, tiba-tiba ada pesan sebuah masuk ke WA saya. Ternyata itu pesan dari ibu. Hati saya sontak lega. Ketika saya buka, isinya adalah sebuah foto layar laptop berisi Excel sheet dengan daftar nama-nama siswa – yang sepertinya adalah murid ibu saya. Lalu di bawahnya tertulis sebuah pesan, “Cin ini kalau mau tau nilai terendah dan tertinggi biar otomatis gimana caranya ya?”

Hiya hiya hiya~~

Mengajar di Sekolah tidak Semudah yang Dibayangkan

Saya kira ada apaa gitu jam sebelas malem ibu saya sampe telpon, ternyata masalah Excel. Memang dari semenjak ibu memutuskan bekerja sebagai guru Sekolah Dasar di Kabupaten Bandung, ibu selalu tidur paling malam di rumah. Sudah 20 tahun lebih ibu saya menjalani profesi sebagai guru kelas 6 SD di sekolah yang sama. Profesi yang mungkin bagi generasi milennial jaman now kalah beken ketimbang kerja di start-up, namun punya dampak yang signifikan terhadap pendidikan kita.

Ibu saya adalah salah satu teladan hidup saya. Beliaulah yang membuktikan kepada saya bahwa menjadi guru adalah sebuah pekerjaan yang amat mulia. Dari ibu, saya melihat sosok yang mampu bertahan di kala lelah dan punya kesabaran seluas samudera. Mungkin selama ini yang kita tahu, guru itu bekerja dari jam masuk sekolah hingga jam pulang tiba. Namun faktanya, tidaklah demikian.

Ibu saya sudah bersiap menuju ke sekolah dari pukul 06.30 pagi. Lalu mengajar di sekolah hingga pukul 2 siang, karena biasanya selalu ada “pemantapan” atau pelajaran tambahan bagi anak kelas 6 SD. Sepulang sekolah, ibu hanya istirahat sejenak, lalu lanjut mengajar les dari jam 4-5 sore. Setelah maghrib, ibu masih juga mengajar les privat dari jam 7-8 malam.

Ibu beserta para siswanya (foto ini diambil jauh sebelum pandemi).

Belum selesai sampai disitu, ibu saya masih harus mengurus administrasi sekolah. Dari mulai mengisi rencana pembelajaran, mempersiapkan soal-soal ulangan, menilai PR dan tugas-tugas siswa, mengisi form nilai dan menjawab pertanyaan maupun konsultasi orang tua murid yang mungkin ada. Saat murid-murid libur, ibu saya tidak benar-benar libur. Berjubel laporan telah menanti di depan mata.

Tak heran kalau ibu saya sering merasakan burn-out. Sofa sudah menjadi kasur kedua ibu karena seringnya ibu ketiduran saat menyelesaikan pekerjaannya. Kalau rumah kotor sedikit, bawaannya langsung ngegas. Kalau saya dan adik saya bermasalah di rumah, wah bakalan panjang sih urusannya. Ternyata, sesibuk itu aktivitas seorang guru yang seringnya tak nampak di permukaan.

Setelah saya menikah dan tidak tinggal di rumah bersama ibu, saya masih sering diceritakan bagaimana pusingnya beradaptasi dengan kurikulum SD yang sering berganti. Meskipun hal itu kami maklumi (namanya juga berganti pemimpin dan berganti zaman, ya kan?), namun tak menutup fakta bahwa para guru seperti ibu saya harus terus beradaptasi dan berinovasi dengan caranya mengajar.

Saat Pandemi Mengubah Cara Guru Mengajar

Apalagi ketika pandemi ini tiba, semua orang dituntut beradaptasi. Tidak hanya siswa dan orang tua, gurunya juga. Sekolah daring itu tidak mudah untuk semua pihak. Saya sering melihat banyak teman-teman saya yang sudah menjadi orang tua, mengeluhkan bagaimana sekolah daring memaksa mereka untuk lebih atentif terhadap anaknya. Banyak juga yang menyalahkan pihak guru yang terlalu banyak memberi tugas kepada siswanya.

Dari cerita ibu, saya belajar untuk melihat dua sisi cerita. Pertama, memang betul bahwa orang tua akan kewalahan karena harus “membimbing” anaknya di rumah, namun percayalah bahwa ini pun tidak mudah bagi para guru. Mereka yang bertanggung jawab untuk memberikan pemahaman terhadap mata pelajaran tertentu, tidak bisa bertatap muka dan menjelaskan secara langsung karena adanya pembatasan sosial berskala besar.

Kalau bicara keinginan, tentu semua guru menginginkan untuk bisa bertemu siswanya secara langsung. Mereka yang sudah terlatih puluhan tahun untuk mendidik dan mengajar on-site jelas lebih lihai dalam mengajar dengan metode seperti itu. Saat semuanya terpaksa menjadi daring, mereka ibarat seorang pilot yang terbiasa membawa pesawat komersil tiba-tiba disuruh bawa pesawat tempur. Ya syusahh Fergusoo..

Kedua, katakanlah saat ini sudah ada teknologi. Kita para generasi Milennial yang sudah mengenal remote-working mungkin sudah kenal dengan Zoom, Skype, atau Google Meet. Kita juga sudah terbiasa mengoperasikan Microsoft 365 dan Google Suite. Kita sudah biasa bekerja secara team dengan shared spreadsheet, atau mengunduh dokumen di Google Drive. Namun hal ini jauh berbeda dengan ibu saya, seseorang baby boomers yang taunya hanya Whatsapp dan Facebook.

Barulah saat sekolah daring ini, ibu saya minta diajarkan bagaimana cara membuat akun Zoom. HP dan laptop jadulnya jadi ikut ter-upgrade demi bisa video call dengan nyaman. Tapi tetap saja, dalam membuat soal ujian dan menilai jawaban siswa, ibu masih melakukannya secara manual. Kebayang kan, jika sedikitnya ada 6 mata pelajaran dan paling tidak ada 36 siswa di kelas ibu yang harus dinilai, berapa lama waktu yang ibu perlukan?

Ketiga, adanya perubahan kurikulum membuat ibu saya harus belajar lagi dan lagi. Ketika saya melihat materi yang ada di buku pelajaran anak SD jaman now, saya ikutan pusing membacanya. Saya mengerti bahwa kurikulum 2016 ini ingin mencetak siswa yang lebih aktif dalam belajar (dan tentunya ini hal yang bagus sekali). Namun, hal ini harus diiringi dengan peningkatan mutu kepengajaran dan pembimbingan dari guru itu sendiri.

Ibu saya sering cerita, bahwa tidak semua muridnya sudah lihai berhitung. Masih ada segelintir siswa yang masih harus dibimbing ekstra dalam hal perkalian dan pembagian dalam Matematika. Bilangan pecahan juga masih menjadi tantangan bagi sebagian dari mereka. Oleh karena itu, bentuk soal cerita yang mengkombinasikan beberapa mata pelajaran sekaligus, bukan hal yang mudah untuk diajarkan kepada siswa.

Tantangan Peningkatan Kompetensi Guru

Dari cerita ibu, saya mulai memahami betapa besarnya tantangan pendidikan Indonesia. Bukan hanya masalah akses pendidikan yang belum merata, namun kualitas delivery pendidikan itu sendiri masih menjadi PR yang harus diselesaikan. Guru dituntut harus terus adaptif, karena biar bagaimanapun jaman terus berubah. Mau pemimpinnya berubah atau tidak, nyatanya dunia ini terus berubah.

Jika kita melihat ke depan, kemungkinan besar tenaga kerja di masa depan banyak yang akan tergantikan oleh peran robot maupun artificial intelligence. Peran pendidikan menjadi sangatlah penting untuk mencetak generasi yang mandiri dan mampu terus beradaptasi. Semua itu harus dimulai dulu dari gurunya.

Permasalahan paling mendasar adalah, bagaimana cara guru meng-upgrade kemampuan dirinya? Bagaimana strategi agar guru-guru yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia bisa terus meningkatkan mutu kualitas kepengajarannya di tengah keterbatasan yang kita miliki? Bagaimana agar guru juga mampu adaptif khususnya dalam menghadapi kondisi pandemi dan ketidak pastian di masa depan?

Solusi yang utama adalah guru harus dibekali akses untuk mengembangkan dirinya sendiri. Pelatihan dan penataran yang selama ini diberikan kepada guru seperti ibu saya, belum mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, variabel waktu juga menjadi kendala mengingat kesibukan alias real hustle yang seorang guru alami setiap harinya. Apalagi dengan kondisi pandemi seperti sekarang yang semakin membatasi gerak kita.

Guruinovatif.id sebagai Tempat Belajar Guru Mengajar

Beruntungnya, saat ini sudah tersedia sebuah platform bernama Guruinovatif.id yang bisa diakses secara daring dari manapun! Guruinovatif.id adalah sebuah platform online learning bersertifikat untuk peningkatan kualitas kepengajaran guru.

Platform ini adalah sebuah inovasi dari HAFECS (Highly Functioning Education Consulting Services), sebuah lembaga yang didirikan Yayasan Hasnur Center. HAFECS memiliki misi percepatan transformasi pendidikan di Indonesia melalui pengadaan training-training yang berkualitas untuk meningkatkan kinerja kepengajaran seorang guru.

HAFECS yang telah berpengalaman dalam mengadakan ratusan pelatihan yang diikuti oleh puluhan ribu sekolah dan instansi, baru-baru ini membuat platform Guruinovatif.id agar semua guru dan pengajar di berbagai wilayah di Indonesia, dari Sabang sampe Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote bisa mengikuti Pelatihan Guru maupun mengambil Sertifikasi Guru tanpa harus mengeluarkan biaya transportasi dan akomodasi yang mahal.

Guruinovatif.id ini menjadi solusi bagi guru dan tenaga pengajar yang kesulitan untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya. Melalui platform ini, guru bisa belajar banyak hal. Guru belajar mengajar di Guruinovatif.id dengan teknik seperti Contextual Learning, belajar di kelas secara efektif, hingga pelatihan teknis seperti menggunakan Google Classroom dan Google Meet untuk fasilitas pembelajaran daring.

Cara mengikuti pelatihan di Guruinovatif.id ini terbilang sangat mudah. Saya sendiri sudah pernah coba mendaftar dan mengikuti pelatihan sederhana disini. Untuk mendaftar, kita hanya perlu menyediakan satu buah email dan password lalu kita akan diberikan akses ke berbagai pelatihan dan sertifikasi yang gratis maupun berbayar. Langkah untuk mendaftarnya saya jabarkan dalam video tutorial di bawah ini:

Selain itu, Guruinovatif.id juga menjadi Tempat Belajar Guru yang mudah dan bisa dibilang murah meriah. Banyak sekali kelas-kelas gratis yang diberikan disini. Saya sudah mencoba beberapa kelasnya dan mengikuti materinya. Menurut saya, materinya terbilang sangat mudah diikuti dan dipahami bagi pemula sekalipun. Penjelasan trainer juga cukup jelas dan video penunjangnya diberikan secara bertahap dalam potongan yang singkat-singkat.

Bagi generasi seperti ibu saya yang waktunya terbatas dan tidak suka ribet meng-klik ini itu, Guruinovatif.id memberikan tampilan UI/UX yang sederhana namun tetap informatif. Bite-size videonya membuat kita tidak merasa materi ini lama untuk diikuti. Berbeda dengan mencari tutorial di Youtube yang seringkali membuat kita bingung untuk pilih judul yang mana, belum lagi durasi yang cukup lama membuat niat kita untuk belajar menjadi luntur seketika.

Melihat fitur-fitur dan berbagai macam pelatihan guru yang disediakan oleh Guruinovatif.id, saya sangat optimis jika ke depannya tantangan untuk meningkatkan kualitas guru bisa kita atasi. Apalagi platform ini dirancang untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia, yang berarti juga mendukung pemerataan akses pendidikan. Hanya modal kuota, semua guru sekarang bisa menjadi lebih inovatif dan adaptif dalam menghadapi berbagai macam perubahan yang akan datang di masa depan.

Satu hal lagi yang membuat saya mengagumi inovasi dari Guruinovatif.id ini adalah adanya training-training yang bersifat soft skill kepada guru. Tugas seorang guru bukan hanya sebagai pengajar, namun juga pendidik. Melalui Guruinovatif.id, guru juga bisa belajar bagaimana peran kompetensi pedagogik dan strategi meningkatkan literasi misalnya. Selain itu, guru juga dapat mengikuti webinar yang rutin diadakan oleh HAFECS.

Kesimpulan

Berbicara tentang persoalan pendidikan di Indonesia memang tidak ada habisnya. Namun satu hal yang pasti, jika kita terus menerus mengeluh dan terpusat di masalahnya, kita tak akan pernah berubah dan sulit untuk maju. Satu-satunya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah memberikan solusi yang dapat diaplikasi secara masif oleh seluruh tenaga pengajar di berbagai wilayah Nusantara. Semoga dengan adanya platform dari Guruinovatif.id ini, kita semakin menuju ke arah masa depan pendidikan yang lebih baik.***

Cinta

f/27. ENTJ. Hufflepuff. Student. Rookie Wifey.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *