Series drama “Bridgerton” belum lama ini release di Netflix. Sebagai penggemar serial drama Korea, jujur saya sebenernya kurang seberapa tertarik dengan Western series apalagi kalau genre-nya romance. Barulah ketika saya tau kalau Shonda Rhimes (famous producers of Grey’s Anatomy, How to Get Away with Murder, Scandal) ada di belakang series ini, then I decided to give this show a go.
Pikir saya, daripada menderita nungguin episode terbaru Mr. Queen tiap minggunya, yaudahlah cuci mata dikit sama yang pastel-pastel dan cuci telinga sama British accent biar gak dengernya micheosssssoooo melulu wkwk~ Dan saya sama sekali tidak menyesali keputusan saya menyaksikan Bridgerton (season 1) dari awal sampe akhir!!! Let me tell you why 🥰
Synopsis
Bridgerton menceritakan kisah sebuah keluarga elite/royal Inggris di era Regency, yang terdiri dari empat orang putera: Anthony, Bennedict, Colin, Gregory, dan empat orang puteri: Daphne, Eloise, Fransesca, dan Hyacinth. Series ini diangkat dari novel best-sellers karya Julia Quinn yang terdiri dari beberapa buku tentang bagaimana setiap anggota Bridgerton berusaha menemukan cintanya.
Cerita di series perdana dari Bridgerton ini (sepertinya akan ada season selanjutnya) berfokus pada debut puteri pertama Bridgerton, Daphne Bridgerton (Phoebe Dynevor), dalam sebuah matchmaking season (semacam musim perjodohan di kalangan elit royal Inggris) yang kompetitif. Yang membuat series ini menarik selain karena kisah cinta antara Daphne dan her lover, adalah sosok “lamtur” bernama Lady Whistledown yang kerap memberitakan (baca: menggosipkan) apapun yang terjadi di kota tersebut.
Akankah Daphne menemukan cinta sejati seperti apa yang dia impikan? Bagaimana Bridgerton family mampu survive dengan terpaan skandal yang mengelilingi mereka? Seberapa powerfulnya si lamtur alias Lady Whistledown ini dalam mengendalikan opini publik termasuk the Queen?
Plot & Setting
As usual, saya gak akan membeberkan banyak disini. Beberapa spoiler yang mungkin muncul akan saya tandai di awal (dikasih red mark) supaya bisa kalian skip kalau gak pengen spoiler 🙂
Harus saya akui, plotnya bagus banget. Sederhana seperti kisah romansa pada umumnya, tapi tetep ada twist and turns-nya. Gak overly dramatic. It has a very beautiful storyline without having to try hard to please the audience. Karena plotnya sangat ringan dan mudah diikuti, terus ada unsur-unsur bikin penasarannya…ini series bingewatching materials banget. Syukur releasenya pas lagi musim liburan yaa ~
Meskipun settingnya di Inggris abad pertengahan, the look and the vibes has a mixed balance of traditional and modernity. Buat yang suka dengan settingan royalty, beautiful gowns, exquisite hairdo and feather caps, kuda dan kereta kencana, castle and big ballrooms, and all the shabby chic and classy interior, this show is for you!!!
Semua elemen yang dihadirkan di series ini sangat tailor-made. Bahkan katanya, setiap kostum, hairpiece, dan jewellery itu custom semua. Make up dan fashion item-nya juga dibuat looking flawless-dashing-glowing-shimerring-splendid dan semuanya looking georgeous!!! Ahhh gimana yaaa aku mau kasih 110/100 buat kerja keras semua team yang bikin looknya real dan cantik banget.
Their gowns are to die for! Especially Daphne’s. Setiap gaunnya tuh warnanya sangat warm, lembut, aduh ampun deh sama pastel blue-nya. Cantikkkk bgt! Even keluarga Featherington yang pake gaun paling gonjreng aja tuh warnanya bikin seger, gak norak sama sekali. Pokoknya bener-bener manjain mata banget dah nonton series ini.
Besides, that kita bisa merasakan seakan-akan ada di London tahun 1800-an tanpa merasa jadul karena scoring-nya banyak menghadirkan instrumen dari lagu-lagu populer jaman now seperti Girls Like You-nya Maroon 5. Buat yang ga familiar dengan period drama, Bridgerton ini bisa jadi starter yang bagus.
Cast & Characterization
First, let’s talk about His, and Her Grace, alias Daphne Bridgerton & Simon Basset, Duke of Hastings (Regé-Jean Page) sebagai kisah cinta utama yang disajikan di series perdana ini.
Daphne and Simon are simply flawless. Their chemistry are exploded!
Dari cara mereka bercakap dan bertukar pandangan, saya bisa merasakan ketulusan dari keduanya regardless mereka punya karakter yang sangat distant dan luka masa lalu yang sulit disembuhkan. Setiap dialog begitu berkesan. Dua-duanya sama-sama smart, and witty, and they’re best friends even before they knew it. I can feel that they are match-made in heaven.
Tipe relationship yang disajikan oleh Daphne & Simon begitu heartwarming. Btw, saya belum baca bukunya, jadi saya gak tau apakah ada perbedaan antara cerita di series dan di buku. Kalaupun berbeda, saya rasa versi bukunya harusnya lebih kerasa lagi yaa, karena versi seriesnya aja bagus gini chemistry-nya.
Faktor pendukung lainnya adalah karakter keluarga the loving family of Bridgerton. Setiap karakter dapat exposure yang cukup. Dalam series berdurasi rata-rata 1 jam, kita disuguhkan dengan kisah cinta Anthony, si Viscount, kakak tertua (dan juga kepala keluarga) yang sangat protektif sama keluarganya. Juga karakter Bennedict dan Colin yang berusaha mencari passion dan arah hidupnya.
My favorite character from this Bridgerton family is Eloise! She’s the typical Ravenclaw girl, very smart, nerdy, and witty. Eloise ini ibarat antitesanya Daphne. Tapi jangan salah, meskipun mereka kayak bumi dan langit, keduanya sama-sama pro emansipasi wanita.
Selain keluarga Bridgerton, karakterisasi yang gak kalah kuat adalah keluarga Featherington, the Queen, Lady Danburry, dan si Lamtur itu sendiri, Lady Wistledown (voice over by Julie Andrews !!) Saya gak mau beberin lebih jauh disini biar surprise ya hehehe~. Yang jelas, all the cast did a really good job!!! Saya rasa gak ada satupun cast yang actingnya jelek atau jomplang. All look real, genuine, dan strong in their own character.
What I Love from This Series
Pertama, saya mau berterima kasih sama Shondaland dan semua crew yang terlibat (juga sama Julia Quinn for writing the original stories). Thank you for making this series to happen and bringing it to life in the middle of the toughest year for most of us. You guys bring the joy and escapism we sometimes need for.
Kita bisa merasakan effort semua crew dan team, dari mulai gowns, ballrooms, music, cinematography, pemilihan warna, aahhh semua settingnya begitu menawan. I feel like they are Pinterest di abad pertengahan.
Kedua, saya suka banget kombinasi ras yang dihadirkan di series ini. Daphne and Simon are just a perfect blend to begin with as Duke and Duchess. Gak ada isu rasial yang ditampilkan disini, semuanya just blend with each other with respect (based on authority). Indah lah pokoknya melihat pemandangan ini…sungguh laffff 🖤🖤🖤
Ketiga, selain chemistry dan karakterisasi para aktor & aktris yang bagus, saya suka dengan bagaimana Lady Whistledown dihadirkan sebagai sosok yang misterius. Tentu saja senjata dia bukan hengpong jadul yaa, tapi kita bisa merasakan kalau Lady Whistledown ini tuh punya power sama decision making orang-orang yang lebih powerful dari dirinya.
Sepanjang series ini kalau gak ada si lamtur Lady Whistledown, mungkin ceritanya gak akan jadi seperti ini. She’s one of the most important cast why the series is there in the first place. Hal yang saya sukai adalah sosoknya gak dicitrakan selalu tahu dan selalu benar, tapi juga dia mengakui ada kalanya dia bisa salah. This is what make the entire series felt so humbling.
Keempat, tentu saja dialog-dialog ala British royalty yang jenaka tapi gak sulit dicerna. Mereka tuh kayak nyanyi waktu ngomong. Setiap intonasi dan logat berbicaranya begitu merdu dan on point sehingga menambah afeksi yang ada di drama ini. Oh, how I wish I could converse everyday with my husband just the way like you and the Duchess did, Your Grace #HALU.
Kelima, persahabatan antara Eloise & Penelope. Di tengah series yang banyak berkutat dengan skandal dan romance, mereka tuh kayak oase di gurun pasir. Diskusi-diskusi mereka, pas mereka berantem, pas mereka saling menguatkan, huhuhu BFF banget lahh pokoknya. Jadi kangen sama sahabat sendiri setiap kali liat mereka 🙁
What I Think Would be Better (IMO)
Dari tadi kan saya udah cerita yang bagus-bagusnya (MENURUT SAYA YAHH) hehehe… nah ini juga me-nu-rut sayahhh yaaa.. beberapa hal yang gak seberapa sreg karena selera saya yang not really into western series. Setiap orang bisa beda-beda so, agree to disagree aja yah 🙂
Pertama, please give Simon & Daphne more dialogue and heartfelt convo! They’re so smart, witty, great great BFF!!! I know many Western series might reveal more skinship but I think the way they talk to each other just swooning and we need more of little tiny daily conversation moments from them.
Inilah kenapa saya ga gitu suka Western drama and I think Korean drama did better in bringing up love chemistry with less or even zero steamy scene. Saya ngerti bahwa beberapa intimate scene memang esensial, tapi asa kebanyakan uwehhhh gituuuh. Being a married lady myself, I can see they’re very passionate even without that many skinship.
Now that I mention about that, series ini bukan buat teenagers yaa hahaha. Taulah maksud saya ya bund…. 😄
[BEGINNING OF SPOILER]
Kedua, sayang banget di beberapa scene kunci, rasanya kurang peak. Contoh pas Simon mengajukan proposal ke KUA ((KUAAAAA…)) lewat perantara the Queen untuk mempercepat pernikahan dia dan Daphne. Itu mestinya jadi “wow” moment yang bikin melting buat kita-kita yang easily fell for such a sincere gentleman gesture.
Tapi jadinya malah agak emotionless gitu. I know that Simon has try hard to express his most genuine feeling, tapi respon orang-orang di sekitarnya kurang pas aja (termasuk Daphne yang malah jadi keliatan tablo). Scene ini jadi missed opportunity aja sih for rather another swoon moment.
Ketiga, saya merasa penjelasan tentang gimana the Duke bisa recover atau menerima masa lalunya dan move on itu kurang banget. Imo, trauma masa kecil itu salah satu luka batin yang paling sulit untuk “sembuh”. Apalagi ini bokapnya sendiri, the only parent the Duke has. Di beberapa kasus, malah luka batin bisa bikin inner child seseorang jadi muncul, yang membuat keputusan Simon untuk gak mau punya anak itu perfectly reasonable.
Sebenernya saya bisa paham bahwa series ini menunjukkan kalau Simon itu gak anti ngurus anak, he just not wanting to risk if somehow he’ll be like his father. Cuma teteuup aja, di akhir-akhir pas the Duchess udah tau masa lalunya the Duke gimana, menurut saya scene ujan-ujanan itu gak cukup sih buat memotivasi the Duke to finally choose his own happiness.
IMHO, such heavy emotional burden itu mesti diselesein dulu sih. Gabisa gitu abis ujan-ujanan terus skidipapap terus mutusin yaudah lah sekarang mah beneran mau punya anak aja 🤣🤣🤣. That just does not make any sense to me. Paling engga jan ena2 dulu atuh, sok ngobrol dulu atuh euy, ceungceurikan dulu atuh, komunikasi yang dalem dulu atuh, pillow talk dulu, mikir mikir dulu #TERSERAHLODEHCINTA #DAPURORANGWOY #KALAUBUKUNYANGOMONGGITUGIMANA #JANMAKSADEH
[END OF SPOILER]
Final Verdict
This series is a please to an eye alias memanjakan visual, audio, dan juga jiwa-jiwa kita yang sedang meronta ingin liburan. Please, do stay at home, fellas. IF you’re into beautiful castles, magical royalty wardrobes, and heartwarming stories but not like those Disney princess will offer you, please chill in your crib and give this show a go.
It’s now streaming on Netflix and we shall anticipate for the next season after we all know who Lady Whistledown truly is. Until next time, Your Grace. ✨
Final rating from me: 8.3/10
Re-watch: Definitely yes shall I need any colour pallette inspirations 😌
Feature image: tvinsider.com
Leave a Reply