Hmm…where should I start?
Okay, first of all ini film Korea. Second of all, gak semua film Korea itu tentang cinta-cintaan. Third of all, “Parasite” adalah film (Korsel pertama) yang berhasil memenangkan Palme d’Or di Cannes Film Festival 2019. Fourth and the most important thing of all: this movie will leave you speechless and think like you’ve never thought before.
Synopsis
Parasite (기생충/Gisaengchung) bercerita tentang sebuah keluarga miskin yang dikepalai oleh Kim Ki-taek (Song Kang-ho), seorang mantan supir yang kini menganggur dan hidup bersama istrinya, Choong Sook (Jang Hye-jin) dan dua orang anaknya yang berusia 20-an tahun: Kim Ki-woo (Choi Woo-shik) dan Kim Ki-jeong (Park So-dam). Mereka tinggal di basement sebuah flat yang gak seberapa bagus. Keluarga ini menggantungkan hidupnya dari kerja serabutan seperti melipat box pizza. Meskipun miskin, mereka tampak hidup rukun dan bahagia.
Nah suatu hari, datanglah seorang pemuda ganteng bernama Min (Park Seo-joon !!!) yang ternyata adalah teman SMA-nya si Ki-woo. Ceritanya si Min mau ngelanjutin kuliah di luar negeri, sehingga dia harus meninggalkan jobnya sebagai English tutor anak perempuan bosnya yang bernama Mr. Park (Lee Sun-kyun), seorang CEO perusahaan IT yang kaya raya. Karena si Min ini naksir sama muridnya itu, akhirnya dia nawarin jobnya untuk dilanjutin sama Ki-woo (dengan dalih biar ‘ceweknya’ gak diambil orang, gitu.. 😅).
Ki-woo awalnya ragu karena dia bukan lulusan universitas ternama. Kuliah pun enggak. Tapi gegara janji si Min untuk merekomendasikan Ki-woo, dan dipengaruhi anggapan si Min kalau keluarga kaya itu cukup simple dan gak akan curiga, akhirnya Ki-woo mau mencoba. Dengan modal dokumen palsu yang di-photoshopped sama adiknya (Ki-jeong), berangkatlah Ki-woo ke rumah keluarga Park yang kaya itu.
Bertemulah Ki-woo dengan sosok ibu muda cantik dan bersahaja, Mrs. Park (Cho Yeo-jeong). Si ibu nampak sangat ramah dan menerima Ki-woo dengan baik. Setelah pertemuan pertama Ki-woo mengajari Park Da-hye, anak perempuannya (Jung Ji-so), Mrs. Park terkesan dan menerima Ki-woo menjadi tutor Da-hye. Gak berhenti sampai disitu, Mrs. Park yang seringkali bingung dengan perilaku ‘seni’ anak keduanya, Park Da-song (Jung Hyun-joon) akhirnya direkomendasikan oleh Ki-woo untuk meng-hire seorang Art Tutor lulusan Illinois, AS bernama Jessica, yang tidak lain adalah adiknya sendiri.
Disinilah kisah serunya dimulai.
Kenapa harus nonton Parasite?
Film ini berdurasi 131 menit, dengan rating 17+ dan cuma ditayangin di CGV dan Cinemaxx doang, guys. Genre film ini kalau di laman CGV ditulis thriller, tapi di Asianwiki ditulis Drama/family dan di Wikipedia ditulis Dark comedy-drama. Menurut saya, semuanya benar.
Kalian sama sekali gak akan nyangka arah ceritanya mau dibawa kemana. Gak akan kebayang juga endingnya seperti apa. Selain plot yang bener-bener mindblowing (I’m not even trying to exaggerating), film ini bakalan bikin perasaan dan pikiran kita campur aduk sampe speechless harus merasa apa. Segitunya emang emotional roller-coaster ride-nya.
Tiga puluh menit pertama kita mungkin bisa ngakak-ngakak gegara kelakukan keluarga Kim, tapi semakin kesini kita akan dibawa ke petualangan yang menegangkan khususnya di part saat mereka berurusan dengan keluarga Park. Gak horror sih, cuma deg-degan karena kita bener-bener gak tau next-nya akan seperti apa. Jadi kalau dibilang dark comedy, iya juga sih. Satire ala-ala Black Mirror gitu lah, tapi ceritanya lebih mudah di-follow sama siapapun.
Salah satu keunggulan film dari Korea Selatan adalah kepiawaian membawakan isu-isu sosial dengan cara yang subtle, kadang dibalut dengan komedi dan drama antar keluarga. Sang Direktor Film, Bong Joon-ho berhasil mengemas sebuah cerita satire tentang fenomena ketimpangan sosial dengan apik, tanpa harus menegaskan nilai-nilai baik-buruk, benar-salah, maupun mana yang baik dan mana yang jahat.
Selain itu, kita bakalan dibuat kagum dengan sinematografi dan musik scoring yang keren parrraaahhh. Kita akan sangat dimanjakan dengan tone color yang hangat, dan tiap angle pengambilan scene tertata sangat sangat rapi sesuai babak ceritanya. Apalagi waktu musiknya ala-ala orkestranya itu masuk, perasaan kita ikut larut dengan suasana cerita yang awalnya happy, misterius, kemudian semakin kesini semakin intense. Sampai sekarang musiknya masih terngiang-ngiang di pikiran saya.
Cast & Crew
Acting pemain-pemainnya ga usah diragukan lagi. Song Kang-ho bukan aktor kemarin sore. Kiprahnya sebagai sineas Korsel sudah malang melintang dengan berbagai penghargaan di Asia. Bahkan, dia dinobatkan sebagai salah satu aktor terbaik yang dimiliki negara Ginseng itu. Saya sendiri sebelumnya sudah mengenal acting Song Kang-ho dari film A Taxi Driver, film yang menjadi box-office di Korsel pada 2017 lalu.
Adapun nama-nama seperti Lee Sun-kyun (si-Ahjussi dalam drakor My Ahjussi), Cho Yeo-jeong, dan Choi Woo-shik (Set Me Free) bukan nama-nama asing di industry perfilman Korsel. Mereka bukan hanya pengalaman di bidang seni peran (film), tapi juga pernah memenangkan penghargaan-penghargaan level internasional yang bergengsi.
Review dari Rotten Tomatoes juga tinggi banget, dengan average rating 8.8/10 dan approval rating sebesar 98%. Saya salah satu pengikut RT, karena review mereka jarang meleset. Ini juga yang jadi salah satu faktor pendorong ngebela-belain nonton di bioskop, selain gegara review dari Cine Crib huahahaha.
Special Note!
Oya buat kalian yang berencana nonton sama keluarga, perlu di note banget kalau film ini sangat tidak direkomendasikan buat anak-anak, even remaja di bawah 17 tahun. Bukan hanya karena ada beberapa scene yang violent, tapi kayaknya inti cerita film ini kurang pas dipahami kalau gak didampingi orang yang udah dewasa. Setelah film usai pun saya dan suami masih terngiang-ngiang dan mendiskusikan film tersebut di keesokan harinya. Iya, segitu banget efeknya hahaha.
Sayangnya, ga banyak yang tau tentang film ini (khas film indie lah yaa..). Awal kali tau film ini gegara dengerin siaran radio. Saat booking di bioskop pun awalnya sepi banget (yaiyalah ga serame Aladdin). Tapi saya jamin, filmnya beneran bagus, gak akan nyesel deh kalau nonton.
Nah kalau udah mas Joko Anwar yang ngomong, kayanya ga ragu lagi kan? Boleh deh simak trailer di bawah dulu (minim spoiler kok!)
Kuy cuss nonton!
Kalau udah, share pengalaman nonton kalian di kolom komentar yaaa 😀 ***
Feature Image: CJ Entertainment © 2019 CJ ENM Corporation, Barunson E&A
Comments (4)
nur rochmasays:
July 7, 2019 at 3:43 amPertama kali tahu film ini di fb, gara-gara ada teman yang posting kalau film ini bagus. Makasih reviewnya yang bikin aku makin penasaran.
Cintasays:
July 23, 2019 at 10:00 amSama-sama mbaa 🙂 Kalau udah nonton, bisa cek analisisnya di Youtube juga mba, ternyata banyak banget metafor-metafor yang aku baru ‘ngeh’ pas udah denger dari orang ahahaha
Annisasays:
July 12, 2019 at 1:55 pmSerunya film ini karena ada banyak banget metafora dan hal hal implisit yang disampaikan terutama kondisi sosial juga sih. Alurnya keren dan mantap, plot twisted banget. Khas film festival tuh gini. Semoga Indonesia bisa bikin yg kece kayak gini juga. Karena banyak banget realitas sosial yg bisa dianhkat, tanpa perlu nyindir2 eksplisit.
Cintasays:
July 23, 2019 at 10:02 amCoba cek juga analisis orang disini: https://www.youtube.com/watch?v=QxAmbd3AuyE bikin ngaga!