Sekitar seminggu yang lalu, saya sengaja ambil cuti selama satu minggu lebih setelah sebulan penuh bekerja keras di bulan Desember 2017 lalu. By ‘full’ means also the weekend yah. Namanya akhir taun, banyak banget yang mesti di wrapped up before the year ends #BaladaAnakProject.
Akhirnya ketika finally saya bisa pulang ke rumah di Bandung (setelah sekian purnama gak pulang-pulang), saya putuskan untuk ber-“me-time”. Niatnya pengen jalan-jalan sendiri mengitari kota sembari nyoba kuliner pinggir jalan yang udah ada di bucket-list saya. Qadarullah, ternyata sahabat saya sedang free hours dari tugas siarannya jadinya ku punya tour guide…yayy!!!
Plan awalnya, saya dan Lexy pengen strolling santai aja ke taman-taman kota tapi sayang banget cuacanya kurang mendukung. Mendung seperti hati para jomblowan dan jomblowati kota Bandung yang belum dapet gandengan (#Eh). Karena malamnya kita pengen nonton The Greatest Showman, akhirnya kita putuskan untuk jalan-jalan di sekitar area Balai Kota dan BIP. Jadilah kita ke Bandung Planning Gallery yang letaknya bersebelahan dengan Kantor Walikota Bandung.
Bandung Planning Gallery (BPG) ini letaknya di Jalan Aceh No. 36, masih satu komplek dengan Kantor Walikota Bandung. Gak susah kok nyari tempatnya. Enaknya lagi, di sekitarnya ada Taman Sejarah, Taman Badak, dan Taman Labirin yang juga terletak di area Balai Kota. Sembari berjalan ke BPG, kita bisa sambil santai-santai dan foto-foto di area taman-taman tersebut. Syukur-syukur kalau bisa ketemu Kang Emil langsung yang kadang-kadang suka main di dekat pancuran Taman Badak 😀
Nah masuk ke area BPG, kita akan disambut oleh teteh-teteh dan akang-akang resepsionis yang ramah banget. Sebelum masuk, kita akan disuruh untuk mengisi guest book di layar yang disediakan di meja resepsionis. Ada sekitar 4 layar disana, jadi gak bakalan antri. Pas saya kesana kebetulan lagi hari biasa (weekdays) jadinya mungkin ga seberapa rame kali ya dibanding weekend. Oiya, BPG ini buka dari Senin – Sabtu, dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore. Tiket masuknya? GRATIS TIS TIISSSS!!
Dari awal saat kita buka pintu, udah kerasa banget kalau BPG ini ibarat digital museum tapi kerasa futuristic. Ambience-nya kerasa kayak museum modern dari mulai tata letak dan lighting. Cuma bedanya kalau museum isinya galeri dari benda-benda bersejarah, kalau BPG isinya galeri rencana-rencana pembuatan sejarah yang dituangkan dalam bentuk real prototype, 3D design, dan digital presentation. Namanya juga Bandung “Planning” Gallery, jadi emang isinya bentuk strategic planning yang dibuat Kang Emil bersama dengan jajaran timnya untuk Bandung 5-10 tahun ke depan.
Buat saya sih jalan-jalan ke BPG ini cukup worth it. Kita ibarat disuguhkan sebuah grand design pembangunan sebuah kota, baik dari segi infrastruktur dan suprastrukturnya. Sempet kepikiran sih, apakah semua rencana-rencana ini bakalan kejadian semua apa engga, since kalaupun Kang Emil dan jajaran timnya ini tetep lanjut memimpin Kota Bandung, paling banter kan emang cuma dua periode (10 tahun). Itupun kalau dipimpin lagi sama Kang Emil (beda cerita kalau beliau mau naik ke level Gubernur atau memang gak nyalon lagi di periode ke-2).
Tapi menurut saya BPG ini sebetulnya bisa jadi alat kontrol bagi masyarakat ke pemerintah karena kan namanya rencana harus dijalankan dong. Apalagi kalau ini tujuannya untuk umat. Kalau belum dilaksanakan, mestinya kita sebagai masyarakat berhak untuk bertanya dan mencari tau kendala-kendalanya. Nah, kita bisa ngecek tuh kira-kira dari program-program dan ide-ide yang di-display di BPG ini mana-mana aja sih yang udah jalan, mana-mana aja yang belum, dan gimana implementasinya.
Menurut saya BPG ini lumayan asik jadi tempat belajar manajemen pembangunan kota. Presentasi disajikan dengan cukup bernas dengan visualisasi yang jernih dan representatif. Animasinya juga cukup bagus, gak monoton. Ada fitur touchscreen di beberapa layar presentasi, sehingga kita bisa pilih mau mendalami penjelasan yang bagian mana.
Salah satu fitur yang menarik lagi, ada fitur virtual reality buat kita yang ingin tau gimana kira-kira rasanya naik LRT (light rail transit) Bandung jika sudah diimplementasikan kelak. Karena saya baru pertama kali main VR, agak norak dot com gitu waktu kita kerasa lagi jalan buat keluar-masuk stasiun LRT, pas jalan tau-tau nabrak tembok 😀
Oya ini ada spot yang instagrammable banget. Sayangnya saya gak bawa kamera bagus, cuma modal kamera siomay dengan lighting ala-ala museum yang terbatas. Disini pengunjung bisa mengisi pesan, kesan, harapan atau apapun untuk kota Bandung di sticky notes yang disediakan. Terus ditempel deh.
Seperti layaknya situs wisata, pasti gak lengkap dong kalau gak ada yang namanya spot souvenir atau oleh-oleh. Nah, spot ini ada di belakang di dekat pintu keluar. Cuma sayangnya belum banyak souvenir yang khusus dibuat dengan tema Bandung Planning Gallery or something yang more ‘Bandung banget’. Souvenir-souvenir yang dijual gak jauh beda sama yang biasa aku liat di Sarinah. Overall souvenirnya sih tetep menarik ya, cuma buat kita yang pengen punya kenang-kenangan yang bisa kita liatin ke temen-temen or sodara-sodara kayak “nih gue udah pernah ke BPG nih..” atau “nih gue keren soalnya gue anak futuristik Bandung” itu kayaknya masih belum ada.
Nevertheless, buat kalian yang pengen jalan-jalan yang gak sekedar jalan-jalan liat mojang-mojang Bandung atau macet-macetan ke Lembang dan Ciwidey, boleh lah sekali-kali strolling around Balkot. Udaranya juga sejuk kok, banyak taman-taman unyu buat ngobrol santai sama teman, sahabat, atau keluarga sambil wisata edukasi 🙂 Atau mungkin kalian lagi nungguin temen or gebetan buat janjian nonton bareng di BIP or BEC, boleh lah melipir kesini. Jaraknya cuma sekitar 300 meter doang kok, dijamin gak bakalan bikin kaki kamu gempor! ***
Leave a Reply