Masa pandemi ini adalah masa yang berat bagi siapapun. Tak terkecuali bagi para orang tua dan tenaga pendidik yang harus beradaptasi dengan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) untuk mengurangi resiko penularan COVID-19. Salah satu dari jutaan orang yang terdampak tersebut adalah ibu saya.
Ibu saya sudah lebih dari 20 tahun mengabdi sebagai seorang guru Sekolah Dasar di Kabupaten Bandung. Beliau bercerita bahwa PJJ ini membuatnya banyak belajar hal baru. Dari mulai menggunakan platform belajar daring, menggunakan Google Form, dan yang paling menantang adalah meramu tugas-tugas sekolah yang relevan. Salah satu tugas tersebut adalah penanaman karakter Pancasila yang harus tetap dilakukan meskipun minim pembelajaran tatap muka.
Salah satu strategi yang ibu saya lakukan adalah dengan mengkombinasikan tugas tertulis dan tugas non-tertulis. Menariknya, PJJ ini membuat komunikasi antara guru dan orang tua menjadi semakin mudah. Hal ini menjadi peluang bagi para guru termasuk ibu saya, untuk melibatkan peran orang tua lebih banyak dalam pendidikan anak-anaknya. Sesuatu hal yang cukup sulit dilakukan di masa-masa normal.
Peluang ini diambil ibu saya sebagai strategi pembelajaran karakter yang kolaboratif. Contohnya, dalam penerapan prinsip gotong royong yang disampaikan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Selain menjelaskan prinsip tersebut secara daring dan melalui tugas membaca, ibu juga memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk membantu orang tuanya menyelesaikan pekerjaan rumah seperti mencuci baju, membersihkan kamar, mencuci piring, dan lain-lain.
Meskipun dirasa sederhana, ada juga siswa yang merasa berat karena tidak terbiasa membantu orang tuanya tanpa disuruh. Prinsip gotong-royong yang semestinya diterapkan mulai dari unit terkecil masyarakat yaitu keluarga, ternyata masih menjadi tantangan. Tak hanya siswanya yang belajar, para orang tua juga menjadi lebih aktif dalam memantau perkembangan anaknya di rumah.
Pengalaman serupa dirasakan oleh Akhmad Fadli yang bercerita dalam Webinar “Seru Kebiasaan Baru” yang diadakan oleh Kemdikbud RI. Seorang aktor, presenter, dan ayah dari empat orang anak ini merasakan hubungan yang lebih erat dengan anak-anaknya semenjak semua aktivitasnya berpusat di rumah. Dari mulai memasak bersama, membuat video kreatif di YouTube, hingga membersamai putera bungsunya belajar sholat.
Proses ini secara tidak langsung membuat pembelajaran yang semula berpusat di sekolah, menjadi lebih terkondisikan saat dipraktekkan di rumah. Pengamalan nilai-nilai Pancasila bisa dilakukan secara paralel oleh guru, siswa, dan orang tua. Meskipun terlihat menantang, dampaknya akan lebih signifikan. Siswa tidak belajar secara tekstual saja, namun ia memahami bagaimana konteks penerapan nilai-nilai Pancasila di rumah dan di lingkungan masyarakat.
Menurut seorang Psikolog Klinis Anak Roslina Verauli dalam Webinar “Mengelola Pembelajaran Adaptif, Fleksibel, dan Akomodatif” keterlibatan orang tua akan membuat anak memiliki sikap yang lebih positif dan lebih semangat untuk bersekolah. Untuk mencapai hal ini, orang tua harus mampu menjadikan rumah sebagai tempat belajar yang nyaman bagi anaknya serta membantu mereka agar bisa belajar secara mandiri.
Ada beberapa insight menarik yang bisa digali dari pendapat para pakar, tenaga pendidikan, serta orang tua yang beradaptasi dalam pembelajaran era new normal ini. Semuanya terangkum dalam obrolan menarik di Seri Kegiatan Webinar Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19 yang bisa diakses di Channel Official Cerdas Berkarakter Kemdikbud RI. Sudah subscribe belum nih? ***
Leave a Reply